Ini dia, 4 Kelebihan Memiliki Pembantu Rumah Tangga / Asisten Rumah Tangga

Posted on

SebelumTidur.com – Hi Kawan, agaknya sebelum memejamkan mata, kita perlu membaca wacana 4 Kelebihan Memiliki Pembantu Rumah Tangga yang kami siapkan ini. Sebuah nasehat bijak, bukan buat nyari kontroversi, tetapi sharing yang sangat berbobot dari kang Rendy Saputra. Ayo kita simak:

Tepatnya sekitar akhir Ramadhan yang lalu, Saya menulis status dengan judul “Ketika Mbak Pergi“. Tulisan yang berisi tentang opini tentang urgensi mempekerjakan Asisten Rumah Tangga dan pemberian upah yang layak.

Saya gak nyangka juga, terjadi tulisan tersebut menuai pro dan kontra. Intinya, banyak juga rumah tangga yang memutuskan untuk tidak memakai asisten rumah tangga karena alasan budaya, prinsip, dan bukan hanya masalah rupiah.

Banyak sekali komentar yang sebenarnya ingin Saya respon, namun Saya menahan diri karena waktu itu akhir ramadhan. Gak enak berpolemik di akhir ramadhan.

Karena jawaban dan respon komentar Saya sangat terkait dengan misi pemberdayaan, maka Saya tuliskan status ini, yang nantinya akan lumayan panjang. Semoga Anda betah membaca sampai akhir.

Semoga dengan panjangnya paparan yang Saya sampaikan, membuat Anda memahami apa maksud dari tulisan Saya, dan pendapat Saya tentang pro Asisten Rumah Tangga.

Tulisan Hanya Sekedar Wacana, bukan Judge

Saya mengawali tulisan ini dengan sebuah pernyataan penting : bahwa Saya menghargai setiap keputusan dan kebijakan yang terjadi didalam sebuah rumah tangga. Urusan domestik adalah hak prerogatif dari masing-masing pasangan.

Lalu kemudian, Saya juga menghormati keputusan rumah tangga yang tidak memakai Asisten Rumah Tangga (ART). Baik atas alasan efisiensi, budaya, prinsip dan berbagai alasan yang mendasari kebijakan Anda berdua dengan pasangan. Saya hormati 100%.

Tulisan kali ini lebih pada usaha melempar wacana, mengajak berfikir mendalam, dan kemudian menambah khazanah opini di masyarakat. Siapa tahu ada manfaatnya dan memberi dampak positif bagi pertumbuhan diri Anda, dan selanjutnya bertumbuhnya negeri ini.

Memiliki Pembantu Rumah Tangga, Supaya Bisa Lebih Produktif di Rumah

Ide Saya sederhana, gunakan ART agar waktu di rumah bisa lebih produktif. Alangkah baiknya jika sepasang suami dan istri dapat berkonsentrasi pada aktivitas yang lebih memiliki bobot dampak. Bukan bermaksud beranggapan bahwa pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyetrika, membersihkan rumah… adalah kerja yang tidak berbobot.

Sejak menikah di usia 21 tahun, Saya benar-benar menyadari bahwa pekerjaan rumah tangga itu tidak mudah. Apalagi di usia 25 tahun, anak Saya sudah berjumlah 3 orang. Terbayang apa yang harus kami kerjakan.

Pekerjaan rumah tangga itu sesuatu yang luar biasa. Mencuci baju, mencuci piring, membersihkan rumah, menjemur, menyetrika, bukanlah hal yang mudah dan bisa dianggap sepele.

Saya sangat menghormati para wanita yang memutuskan untuk berfokus pada pekerjaan mulia mengurus rumah tangga. Sangat hormat.

Beratnya tugas rumah tangga ini membuat beberapa keluarga memutuskan untuk mempekerjakan ART, dan ada yang tidak mempekerjakan ART.

Bagi sahabat yang tidak mempekerjakan ART karena masalah ekonomi, Saya memahami. Tetapi sebenarnya Saya sedikit kurang sepakat apabila ada yang sanggup mempekerjakan ART tetapi tidak mempekerjakannya.

4 Kelebihan Memiliki Pembantu Rumah Tangga / Asisten Rumah Tangga

Berikut beberapa alasan dari sahabat yang berkomunikasi dengan Saya.

Ini dia, 4 Kelebihan Memiliki Pembantu Rumah Tangga / Asisten Rumah Tangga1. “Kami ingin mandiri, semua anggota keluarga harus belajar bertanggung jawab untuk mengurus dirinya sendiri.”

Saya setuju, namun cobalah fikiran kita ditantang terlebih dahulu, adakah pekerjaan yang sekiranya bisa lebih produktif dikerjakan di rumah.

Walau istri Saya tidak bekerja sama sekali, namun Saya meyakini bahwa seorang istri juga membutuhkan waktu untuk belajar, mengembangkan diri, dan mengakses ruang-ruang sosial.

Harus ada waktu membaca, menyimak video kajian edukasi, bercengkrama dengan anak-anak, sehingga energi yang semula untuk mencuci dan menyetrika, digeser kepada hal yang lebih bermanfaat dan menghasilkan.

Bagi suami juga rasanya sama. Ditengah persaingan bisnis dan karir yang luar biasa, suami membutuhkan wakru rehat yang cukup. Bahkan seorang suami juga membutuhkan waktu belajar dan mengupgrade diri. Entah pekerja atau pebisnis.

Saya gak kebayang, jika atas alasan “ridho kedua belah pihak”, suami yang baru pulang bekerja harus kembali bertarung dengan beberes rumah, menjemur pakaian, mengepel lantai. Padahal ada budget untuk membayar ART. Dampaknya bisa buruk pada fokus kerja suami.

Untuk alasan kemandirian, sebenarnya tetap bisa dilakukan, bebankan beberapa pekerjaan kepada anak-anak/angg keluarga. Namun tetap ada yang dikerjakan oleh ART.

2. “Istri Saya ridho kok kang ngerjain sendiri, dia juga gak suka pake ART.”

Alhamdulillah kalo Ridho beneran mah, Saya gak bisa ikut campur.

Tapi coba difikirkan. Dia harus bangun subuh hari, menyiapkan perlengkapan Anda, menyiapkan makanan untuk anak-anak, dan setelah semua pergi, agenda sang istri harus berjibaku dengan cucian baju dan beberes rumah, berlanjut menyiapkan untuk makan malam.

Saya pernah menganalisis detak kerja rumah tangga, jika memang dikerjakan full sendiri, apalagi jika suami bemar-benar tidak mau ikut serta, seorang istri bisa kerja non stop dari pagi sampe malam.

Lalu kapan waktu belajarnya?

Kapan seorang istri bisa berkontribusi ke masyarakat, padahal dia memiliki keahlian yang dapat diajarkan kepada masyarakat.

Ini bukan tentang wanita karir atau tidak, istri Saya memutuskan di rumah, dan ini adalah keputusan kami. Namun alhamdulillah, Saya sangat mendorong istri untuk memiliki aktivitas berdampak di lingkungan sosialnya. Itu harus.

Dalam rumah tangga muslim, atau keluarga Da’wah, sudah sangat umum jika Istri harus kajian, ta’lim, halaqoh, belajar tahsin tahfidz, jalsah ruhiy, dauroh, dan berbagai aktivitas sosial lainnya.

Saya memang kurang sreg aja yah, jika ada perempuan yang harus mati pertumbuhan dirinya, atas nama ingin menjadi istri yang baik. Tidak ingin pakai ART. Ingin menunjukkan pengabdian yang luar biasa. Tapi sebenarnya tersiksa lahir batin.

Pada poin kedua ini, alangkah baiknya seorang suami berani mengkonfirmasi dengan sopan, apalagi jika budget untuk bayar ART ada : “mamah bener-bener mau ngerjain tugas rumah sendirian? Papah gak tega.” …. kan romantis….

Cobalah bro.. dihayati… Anda bisa bekerja keluar rumah, bertemu banyak pihak, belajar dengan training dimana-mana, ter upgrade dengan banyak wawasan, sementara istri Anda harus ketemu baju sama piring setiap hari.

Suatu saat kapasitas obrolannya bisa jomplang, dan disitu terkadang muncul alasan : “aduh kang, istri saya mah udah gak nyambung, gak nyaman diajak ngobrol.. gak kayak si fulanah….” …. pret banget bro…. sorry…

Serius ini mah… tanya gih…

3. “Suami Saya ridho kok kang, dia habis pulang kerja mau ngurusin pekerjaan rumah.. gak ngeluh kok.. bahkan Saya lumayan santai.”

Hmmm.. mbakyu… saudariku. Ada beberapa tipe pria. Salah satu tipe yang berbahaya menurut Saya adalah yang “it’s OK… I’m fine”

Diminta jemur baju.. it’s OK.. fine.. dikerjakan..
Diminta ngerjain ini itu… Ok…
Diminta pijetin Anda.. Ok…
Diminta nimba sumur.. Ok..
Diminta masakin indomie buat Anda.. Ok juga…

Ini “Ok” nya perlu Anda tafsirkan lebih dalam… “OK” nya dia ini.. bentuk cinta, keterpaksaan atau keterjajahan?

Sangat berbahaya jika Anda bersuamikan seseorang yang gak pernah marah, gak pernah komplain, gak pernah keberatan.. kemungkinan besar dia putus asa sama Anda…

Kadang ada suami yang gak mau ambil pusing, “udah lah.. dikerjain aja.. daripada konflik…”

Akhirnya fisik nya terkuras, di kantor gak perform, di bisnis gak fokus, akhirnya karirnya disitu-situ aja, akhirnya uang belanja untuk Anda ya segitu-gitu aja.

Hayooooo…. galau kan…

Saya hormat dan salut, jika memang suami Anda benar-benar mau mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, membantu Anda.

Ada Sebagian Suami yang membantu Oleh Sebab Keterpaksaan

Jika itu lahir dari hati yang tulus dan tak kenal lelah, aku angkat topi luar biasa. Namun jika itu lahir dari keterpaksaan, dan bahkan pelarian, ini yang bahaya?

“Pelarian bagaimana kang?”

Bisa jadi ada perasaan tidak bisa memberikan yang terbaik buat keluarga. Dia sadar dia terbatas, dan enggan meningkatkan kualitas diri. Dia memahami bahwa nafkah yang diberi belum cukup… akhirnya “membangun drama” di rumah..

Pulang kerja dia nyuci baju, ngepel, bersih-bersih… sebuah tugas yang di dunia timur adalah domain manajerial sang istri..

Situasi ini membuat kondisi “pikarunyaeun”, suami ku teh kasihan, luar biasa, mau berkorban. Akhirnya Anda sebagai istri gak berani mengajak suami untuk bergerak maju. Anda gak enakan, karena drama yang dibangun.

Ini bukan su’udzon ya… tapi ini pengamatan Saya berbincang dengan beberapa pria. Ada yang penuh drama melankolik… supaya istrinya kasihan.. saya bongkar aja deh…

Makanya.. gimana? Pake ART aja. Larang suami Anda ngerjain urusan rumah, ajak dia berfikir tentang karirnya, produktiftasnya, upgrading dirinya. Bukan bermaksud jadi istri yang menuntut.. tapi menjadi seorang istri yang “coach”… mendampingi pertumbuhan… bantu suami Anda lebih produktif.. ITU….

4. “Hemat kang, ada sih budget untuk bayar ART mah, tapi lumayan kang, hemat 800 ribu sampe 1,5 juta per bulan mah…”

Entah berapa pasaran ART hari ini, di beberapa tempat ada yang 800 ribu per bulan, ada yang 1,5 juta.. 1,7 juta.. ada yang 2 juta.. bahkan ada yang bayar setara UMR. Suka-suka kesepakatannya aja.

Tapi begini deh, misalkan ART yang “pulang hari” upahnya 250 ribu per pekan. Anda bela-belain menghemat 1 juta per bulan, tetapi hampir 4 jam per hari, Anda harus bekerja mengurus rumah. Menurut Saya ini ada yang salah.

Bagaimana jika dibalik, kita spending 1 juta per bulan, untuk menambah produktifitas 10 juta per bulan.

Waktu yang semula untuk mencuci baju, waktu yang semula untuk mengepel lantai, waktu yang semula untuk mencuci piring.. kita shifting ke menulis.. membaca.. menyimak youtube edukasi.. berdiskusi… jualan.. bagaimana?

Ini sama dengan logika mencuci mobil di tempat cucian mobil, hemat 40.000, tapi Anda membuang waktu bersama mobil hampir 2 jam, itupun gak bersih mobilnya.

Coba saja 2 jam itu Anda gunakan untuk membangun networking, mem WA teman lama Anda – bangun silaturahmi, membuat status positif, membuat copywriting jualan, berfikir… luar biasa dampaknya.

Menentukan Memakai Pembantu atau Tidak, Suami Istri Kudu Terlibat

Tulisan ini bukan khusus untuk suami, bukan juga khusus untuk istri. Tapi untuk keduanya.

Terkadang suami udah OK, bahkan gak rela istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tapi istri malah jadi baper…

“Jadi Aa gak suka sama hasil kerjaanku? Setrikaan ku kusut ya? Masakanku gak enak?”

Hadeeuuhhh… manjang.. drama.. melankolik.. jadi kemana-mana…

Ayolah saudariku, posisikan dirimu sebagai manajer rumah tangga yang memiliki staff, bukalah pintu bagi ART, apalagi budget berlimpah, berdayakan orang, bayangkan jika 1 juta rumah tangga Indonesia menghire 2 ART dengan gaji yang layak… berarti ada 2 juta pekerja yang terserap…

Coba tengok angka Buruh Migran Indonesia yang bekerja sebagai ART diluar negeri… ngeri angkanya…

Kepada saudaraku, kepada para Suami yang luar biasa… Anda luar biasa banget kalo kuat baca sampe paragraf ini.. berarti Anda peduli dengan produktifnya rumah tangga Anda.

Saya faham, sebagian dari kita sebagai suami, besar dengan rekaman fikiran masa lalu,

“Mamaku mengerjakan semuanya kang, dan itulah wanita yang benar, pengabdiannya luar biasa, aku mau istriku seperti itu…”

Faham bro.. faham.. masyaAllah.. berkah untuk mama dan papa mu.. aku salut…

Tapi bro.. istrimu adalah dimensi personal yang berbeda. Jika memang hasratnya adalah mengerjakan pekerjaan rumah tangga, aku dukung 1000000% … tinggal kembali ke nomor 1.

Tapi jika istrimu punya mimpi besar, oke lah dia gak bekerja, tetapi dia punya mimpi menulis buku, berdampak bagi masyarakat, ingin punya waktu banyak ke anak-anak… sudahkah Anda selami perasaan itu?

Waktu istri kita nyuci.. jemur baju.. nyuci piring.. nyetrika.. udah jelas lah.. susah mau ngedongeng ke anak-anak kita…

Sering Saya dengar.. selentingan suara saat saya menyusuri gang sempit di perkampungan..

“Udah.. mama capek.. main sendiri sana.. apa gak liat cucian numpuk begini?”

Ya Allah bro… jangan sampe atas nama lisan yang ikhlash mengerjakan seluruh pekerjaan tumah tangga… istri kita jadi kehilangan waktu bersama anak-anaknya.

Sebagian besar dari istri kita disekolahkan dengan baik oleh kedua orang tuanya, dimasukkan ke kampus terbaik, sampai sarjana.

Oke lah.. atas kebijakan Anda berdua… istri tidak bekerja… tapi apakah Anda sebagi suami tega.. muara dari semuanya berujung pada tumpukan baju dan cucian piring? S1 bro… 144 SKS ditempuh.. 5 tahun sama skripsi… itu amanah ummat yang harus dikontribusikan lagi ke masyarakat.. apalagi kalo kampusnya negeri.. dibangun pake APBN jaman Pak Harto… beuh…

Padahal istri kita bisa menjadi penggerak posyandu, dia bisa mengajar tahsin di halaqah Quran, padahal istri kita bisa mengajarkan IQRA di madrasah tempat Anda tinggal.. padahal istri kita bisa menulis.. menghadirkan sebuah buku.. MasyaAllah… dampaknya bisa sangat besar.. jangan malah tersandera sama tumpukan setrikaan.

Ayo lah, sediakan ART, genggam tangan istri kita untuk tidak lagi bertemu deterjen… tempatkan istri kita pada posisi terbaik.. selayaknya seorang ratu dalam kerajaan, barulah Anda layak jadi Raja. TOP.

Tulisan ini gak ada hubungannya sama emansipasi. Jauh juga dari isu feminisme. Tolong jangan dibelok-belokkan.

Silakan seorang istri menutuskan tidak bekerja, tidak keluar rumah, namun tetap punya waktu belajar.. bertumbuh.. dan tidak larut dalam seabrek abrek pekerjaan rumah..

Sekali lagi… terutama bagi Anda yang sebenarnya mampu membayar ART. Mohon tulisan ini direnungi.

Sengaja Saya hadirkan tulisan ini di momen lebaran. Jika Anda memutuskan meng hire ART, segeralah hubungi tetangga Anda. Biasanya mereka bisa membawa saudara dari kampungnya.

Bahkan jika awalnya ART Anda 1, dan Anda sanggup bayar 2, minta dia bawa keluarganya… hire 2 ART.. jadi ada teman ngobrol di kamar ART. Berdayakan sebanyak-banyaknya anak negeri.

Di pedesaan hari ini, angka nikah muda tinggi, namun disertai dengan angka perceraian yang gak main-main. Sangat banyak janda dengan tanggungan anak, yang sebenarnya sangat ingin berjuang agar anaknya bisa tuntas kuliah. Asli. Ini Saya dapati.

Bayangkan jika penyerapan ART di negeri ini tinggi. Setiap rumah tangga berfikir besar tentang rekrutmen ART. Dampaknya pasti akan luar biasa. Akan banyak kehidupan yang terselamatkan dengan washilah profesi ART.

Jangan biarkan perempuan negeri ini harus keluar negeri demi upah menjadi ART yang tidak seberapa diluar sana. Tidak seberapa dibanding resiko yang mereka hadapi, belum lagi pungli sana sini.

Jika kita tidak bisa menyelematkan jutaan Buruh Migran Wanita yang menjadi ART di luar negeri… alangkah baiknya jika menyelematkan 1 atau 2 diantara mereka.

Rekrutlah.. pekerjakanlah.. dan gajilah dengan layak.. perhatikan anak-anaknya.. jadilah jalan rezeki buat mereka…

Setelah itu.. fokuskan GERAK hidup Anda pada sesuatu yang lebih berdampak… lebih bermakna.. lebih berarti.. lebih menghasilkan…

Hatur nuhun… sudah mau membaca sampai baris ini… asli.. panjang…

NB. Tips Hiring Pembantu Agar Selaras dengan Value dan Nilai Nilai dalam Keluarga Kita

Setelah hiring ART sebetulnya disanalah pekerjaan besarnya. Istri kita harus jadi trainer untuk mereka, ada latar belakang, kultur, pola asuh, prinsip dan cara kerja, nilai dan etika yang tidak harus dibuat sama namun tetap penting dikomunikasikan.

Hiring ART bukan cuma perlu menyediakan ruang untuk mereka beristirahat, namun jg membutuhkan ruang hati untuk sama sama ridho melewati sagala rupa perbedaan tersebut.

  • Forming (cari dan rekrut)
  • Storming ( sesi bt karena makanan banyak yg habis lebih cepat, cucian gak bersih, baju jadi bolong, debu di sudut ruangan gak ke angkat, ngomong ama anak nakut nakutin dst dst)
  • Norming ( sokkk diajarin )
  • Performing ( happy wife, happy Life ), ART jg happy dan semoga kebahagiannya dibawa pulang ke rumahnya.

Jadi, supaya kegiatan pembantu rumah tangga itu ‘benar’, kita harus men-training beliau beliaunya agar sesuai dengan standar kita. Itu tugas Anda sebagai coach-nya.

2 comments

  1. Semua yang anda tuliskandiatas semua benar sesuai juga dengan pikiran saya…memiliki ART sangat banyak manfaatnya buat saya karena selain ibu rumah tangga saya juga ibu pekerja apalg pekerjaan saya pagi dan sore ampe malam. Memiliki ART (saya menggaji 2 ART ) membuat kita menjadi lebih banyak waktu bersama anak2 ,banyak waktu untuk mengembangkan diri, wah saya hanya bisa bbrp hari tanpa ART(tapi rumah berantakan minta ampun makanan kami juga beli aja blm tentu higiene terjamin hehe) setelah itu akan letih sendiri. Lumayan juga ART saya satunya anak kuliahan yg mencari uang membayar kuliahnya sendiri satunya lagi irt tanpa suaminyg beranggungjawab yg memiliki 3 anak,bersyukur bisa membantu orang yg memerlukan dana buat hidupnya mereka juga bekerja paruh waktu yg satu hanya datang bersihkan rumah dan masak yg satu lagi hanya cuci strika dan membersihkan rumah di sore hari krn kalo hanya 1 kasihan juga pasti ada pekerjaan yg bakal keteteran yang membuat sy harus turun tangan lagi…tulisan anda sangat bermanfaat semoga banyak yg membacanya karena ini fakta…karena bagi saya mending saya main bersama anak2 atau membaca sesuatu yang bermanfaat dr pd menghabiskan waktu saya utk pekerjaan yg bisa dilimpahkan ke orang lain

Bagi Dong, Bagaimana Pendapat Positifmu tentang Topik Di atas?