Beberapa hari terakhir, jagat media sosial Indonesia diramaikan oleh sebuah podcast yang tak biasa. Dr. Richard Lee, seorang dokter estetika dan konten kreator ternama, kedatangan tamu luar biasa: Dr. Zakir Naik. Sosok dai internasional yang dikenal lantang, cerdas, dan penuh dedikasi dalam menyampaikan dakwah Islam di berbagai belahan dunia.
Dalam obrolan santai namun dalam tersebut, banyak hal mengejutkan yang terungkap. Dari gaya hidup sederhana Dr. Zakir, kebiasaan salat 5 jam sehari, sampai bagaimana ia menghadapi tuduhan ekstremisme di negara asalnya, India. Bahkan, beliau juga membahas pandangannya tentang Malaysia, Indonesia, dan peluang umat Islam untuk bangkit di masa depan.
Sebagai informasi, Dr. Zakir Abdul Karim Naik adalah seorang pendakwah asal India yang dikenal lewat pendekatan ilmiah dan logis dalam menjelaskan ajaran Islam. Ia mendirikan Peace TV yang ditonton ratusan juta pemirsa di seluruh dunia, dan ceramah-ceramahnya telah menginspirasi ribuan orang untuk masuk Islam.
Pertanyaannya: apa saja pelajaran hidup, nilai dakwah, dan semangat ibadah yang bisa kita petik dari podcast ini?
Simak artikel lengkap berikut untuk menjelajahi sudut-sudut menarik dari percakapan antara dua tokoh hebat ini.
Hidup Sederhana, Kaya Raya, Tapi Tetap Dermawan
Dr. Zakir Naik dikenal dunia sebagai ulama internasional, namun siapa sangka, gaya hidupnya sangat bersahaja. Meski punya bisnis besar dan mampu membeli mobil mewah, ia tetap memilih hidup sederhana.
Dalam wawancaranya bersama Dr. Richard Lee, ia mengaku hanya tinggal di apartemen sederhana seharga $500 per bulan. Mobil yang ia pakai sehari-hari pun hanyalah Toyota Camry, padahal dalam bisnisnya ia punya Rolls-Royce, Lamborghini, Bentley, dan Maybach.
“Saya mampu beli yang mewah, tapi saya pilih hidup sederhana agar bisa lebih banyak sedekah dan meniru hidup Nabi.”
Dr. Zakir juga menasihati anaknya untuk menjadikan Allah sebagai mitra bisnis utama. Prinsipnya jelas: sisihkan minimal 51% dari keuntungan bisnis untuk sedekah. Sementara dirinya bahkan memberi lebih dari itu.
“Saya tidak ingin jadi donatur terbesar, tapi ingin jadi yang persentase sedekahnya paling tinggi.”
Hidup sederhana bukan karena tidak mampu. Justru karena ia tahu kemewahan sejati adalah ketika hartanya menjadi jalan untuk membantu umat dan berdakwah di jalan Allah.
Totalitas Salat, 5 Jam Sehari Bersama Allah
Banyak orang berpikir salat hanya rutinitas. Tapi bagi Dr. Zakir Naik, salat adalah pusat hidupnya. Dalam sehari, ia bisa menghabiskan 5 hingga 5,5 jam hanya untuk salat, termasuk salat sunah dan tahajud.
“Saya salat minimal 54 rakaat per hari. Itu bukan kewajiban semata, tapi momen terbaik saya untuk berbicara langsung dengan Allah.”
Menariknya, waktu yang ia luangkan untuk salat bahkan lebih lama dari waktu tidurnya yang hanya sekitar 3,5 jam sehari.
Ini bukan pamer. Tapi bukti bahwa salat bukan sekadar lima waktu, tapi pusat energi dan inspirasi seorang dai. Totalitas ibadah inilah yang membuat dakwahnya begitu menyentuh hati jutaan orang.
Dibenci, Dituduh Ekstremis, Tapi Tetap Tegar Berdakwah
Label ekstremis pernah disematkan pada Dr. Zakir Naik oleh pemerintah India. Tapi apakah ia mundur? Tidak sama sekali.
“Kalau ekstrem artinya total dalam kebaikan, saya ekstremis. Tapi kalau ekstrem artinya menyakiti orang tak bersalah, saya bukan ekstremis.”
Tuduhan itu muncul karena dakwahnya justru banyak disukai non-Muslim. Ribuan orang Hindu hadir di kajiannya, bahkan banyak yang masuk Islam. Hal ini membuat pemerintah India resah.
Akhirnya, ia harus hijrah dari India dan memilih tinggal di Malaysia. Tapi ia bersyukur, karena semua itu adalah bagian dari doanya yang terkabul: ingin mengorbankan harta dan hidupnya di jalan Allah.
Malaysia dan Indonesia, Tempat Ideal untuk Muslim Taat
Dalam wawancaranya, Dr. Zakir menyebut Malaysia sebagai salah satu negara terbaik untuk tinggal bagi seorang Muslim.
- Islam sebagai agama federal
- Tidak dikendalikan asing
- Aman dari konflik dan perang
- Ekonomi syariah berkembang pesat
- Muslim bebas menjalankan syariat
Sementara itu, tentang Indonesia, ia mengakui jumlah umat Islam yang besar dan gairah dakwah yang luar biasa. Tapi ada satu catatan:
“Kalau organisasi-organisasi Muslim di Indonesia bersatu, maka kekuatan umat akan luar biasa.”
Keduanya, Malaysia dan Indonesia, memiliki potensi menjadi contoh kekuatan dunia Islam jika terus memperkuat pondasi keimanan dan ukhuwah.
Kalau Semua Orang Muslim, Apakah Dunia Jadi Damai?
Dr. Richard bertanya jujur pada Dr. Zakir, “Kalau semua orang di dunia ini Muslim, apakah akan ada perdamaian?”
Jawaban Dr. Zakir sangat logis:
“Kalau semua Muslim taat, dunia pasti damai. Tapi kenyataannya, banyak Muslim hanya sebatas nama.”
Islam mengajarkan kejujuran, kasih sayang, salat, zakat, tidak minum alkohol, tidak korupsi. Kalau semua itu dijalankan, tentu dunia akan lebih tenang dan harmonis.
Bahkan disebutkan dalam hadits bahwa akan ada masa di mana dunia dipimpin dengan syariat Islam selama 7 tahun. Dan masa itu akan penuh kedamaian.